Gig yang dijadwalkan pukul 19.00 WIB itu dimulai tepat waktu. Wasting Away, digawangi Dicka Bombom cs perlahan memanaskan suasana Hardcore Mayhem pada Minggu (11/09/2016) malam. Walaupun di dalam venue masih sepi, semangat mereka yang hadir untuk berpogo ria sungguh langsung menggairahkan suasana. Bermain sekitar 20 menit (berhubung waktu yang diberikan hanya 20 menit untuk satu band) personel Wasting Away cukup terlihat bermandikan keringat dengan hentakan ala old-school hardcore yang mereka bawakan.
Malam itu Hardcore Mayhem dipilih menjadi tempat diselenggarakannya “Labyrinth Tour 2016” dari band screamo/post-hardcore asal Jakarta, Close Me Closet yang berkunjung ke skena Padang untuk memperkenalkan album teranyar bertajuk “Labyrinth” rilisan Crooz Records. Disambut oleh enam band tuan rumah, gig yang dikoordinir oleh The Death Club ini berlangsung seru dan menyenangkan.
Sejenak setelah Wasting Away menyudahi sejumlah track, Ocean Trenches bergantian mengambil alih panggung. Di awal sesi, sayangnya mereka tak dapat bermain dengan formasi lengkap. Terlayang kabar dari pemegang bass mereka, Aldi Jabrix, mengalami bocor ban kendaraan saat dalam perjalanan menuju venue yang ada di kawasan Purus Atas.
Walaupun memulai malam itu tanpa sang bassist, Ocean Trenches tetap kokoh dan penuh energi seperti biasanya. Mereka membawakan “Hopeless” dan “Fools” dari album “Before it Rewind” dan beberapa track dari Counterparts. Beberapa waktu menjelang akhir penampilan Ocean Trenches, Aldi pun datang dan mereka menutup set dengan penuh senyuman. Light of Trevas melanjutkan kemeriahan “Labyrinth Tour 2016” di Padang dengan memainkan tiga lagu bernuansa metalcore, salah satunya “Outnumbered” dari The Devil Wears Prada.
Pukul 21.00 WIB, Close Me Closet yang merupakan tamu paling ditunggu-tunggu naik ke atas panggung. Malam itu mereka turun dengan personel Ocki (vokal), Angga (gitar), Egi (gitar), Arul (bass) dan Aditheo (drum). Ini adalah formasi terbaru setelah sempat mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir.
Sepengamatan saya, sekitar 30 hingga 40 orang memenuhi venue Hardcore Mayhem. Bisa dibilang tidak terlalu ramai seperti gig biasanya. Barangkali karena malam itu bertepatan dengan malam takbiran hari raya Idul Adha dan banyak scenester yang pulang kampung untuk berlebaran esok harinya dengan keluarga mereka.
Meski begitu, Close Me Closet tetap tampil total dengan penuh percaya diri. “For Anything We Want” menjadi track pembuka dari mereka. “Kami baru aja malam tadi ngerilis video klip lagu ini. Abis pulang dari sini kawan-kawan bisa search di Youtube. Kalo nggak liat, nggak temenan ya,” celetuk canda Ocki di atas panggung.
Ada tujuh lagu yang dimainkan Close Me Closet untuk crowd Hardcore Mayhem, beberapa track diambil dari album “Labyrinth”. Penampilan mereka cukup berhasil memberi kesan positif pada penonton yang baru pertama kali melihat band ini tampil langsung di Padang. “Sudah lama sekali kami tidak main di gig kecil seperti ini, suatu perasaan yang luar biasa bisa melakukannya di Padang,” ungkap Ocki sebelum menutup set.
Setelah Ocki dkk membereskan gear mereka dari atas panggung, Preman, band yang sedang gila-gilanya “menghajar” gig kota Padang mengambil alih panggung. Dalam penampilan kali ini, mereka berkolaborasi dengan Dian, scenester wanita yang telah lama berada dalam skena lokal Padang, yang juga sempat mengisi vokal dalam band Black Secret Diary beberapa tahun yang lalu. Tak sekali dua kali Dian mengikuti jeritan Agito, vokalis Preman. Sing along dan pogo dance langsung tak terhindarkan lagi di dalam venue.
Seraphic of Violence (SOV) merupakan band terakhir yang menjadi penutup “Labyrinth Tour” malam itu. Tampil membawakan tiga lagu dari Bring Me The Horizon, ini merupakan penampilan pertama mereka setelah hiatus panjang dari gig di Padang. “Udah empat tahun berlalu kita akhirnya bisa tampil bareng lagi,” ujar Vyndo, pengisi vokal Seraphic of Violence. Kerinduan terhadap band ini terlihat nyata dari beberapa orang di barisan depan yang sudah mabuk kegirangan mengikuti lantunan musik SOV, menirukan gaya crabcore, hingga menghempaskan badan ke sejumlah penonton yang tersipu diam memendam lelah.
“Labyrinth Tour” di Padang malam itu ditutup hangat. Tak hanya bersuka ria di dalam venue, seluruh partisipan dan penonton gig berfoto bersama di area luar Hardcore Mayhem sebagai penanda kenangan. Close Me Closet sendiri bertolak dari tanah Andalas menuju kembali ke Jakarta keesokan harinya.