Straight edge bukanlah hal baru di dalam subkultur generasi muda, khususnya pada ranah musik hardcore punk. Filosofi ini mulai berkembang pada periode akhir 70-an dan awal 80-an, dimana kala itu kebanyakan pergerakan muncul dari skena punk dan underground di Amerika Serikat.
Memang sejatinya kultur punk pada masa itu adalah sebuah bentuk pergerakan resistansi atas situasi lingkungan sekitar. Namun nyatanya lebih cenderung menghasilkan hal negatif, seperti self destruction karena kebiasaan menggunakan drugs dan hilang kontrol akibat minuman beralkohol.
Pada akhirnya straight edge muncul menjadi respon atas hal tersebut. Ian Mackaye, frontman dari band hardcore Minor Threat, adalah salah satu yang lantang menyuarakan straight edge (abstain dari drugs, rokok, minuman alkohol dan seks bebas) karena ketidakpuasannya melihat dinamika skena kala itu.
Kegelisahan yang dialaminya lalu dituangkan menjadi rangkaian lirik berbunyi: “I’m a person just like you, but I’ve got better things to do, than sit around and fuck my head, hang out with the living dead, snort white shit up my nose, pass out at the shows, I don’t even think about speed, that’s something I just don’t need, I’ve got the straight edge.â€
“(Pada periode 70-an) saya melihat begitu banyak orang yang getting high. Di sekolah pun seperti itu. Saya menyukai seluruh teman sekolah saya, tapi kebanyakan dari mereka hanya pesta-pestaan tidak jelas. Ini begitu mengecewakan, bentuk pemberontakan yang mereka lakukan hanya self-destruction. Jauh dari makna rebellion sebenarnya,†ungkap Ian seperti yang dilansir dari majalah Spin tahun 2013.
Hingga kini filosofi ini terus menyebar di berbagai tempat, salah satunya di dalam skena Padang. Individu-individu di dalam skena tak cangggung menerapkan filosofi ini dalam kesehariannya. Sejumlah band yang menyuarakan straight edge juga tergolong mudah ditemui pada berbagai gig hardcore punk di Kota Padang. Dan yang terkini, sebuah gelaran National Edge Day chapter Padang akan dihelat pada hari Minggu (16/10/2016) besok di venue Hardcore Mayhem, Purus Atas.
“Konsepnya perayaan unofficial Edge Day saja, seperti bagaimana yang sebelumnya diadakan di Massachusetts (pada perayaan pertama 17 Oktober 1999) dan kebetulan ada beberapa band sxe (straight edge) di Padang, ditambah adanya space Hardcore Mayhem yang dapat memudahkan show ini,†sebut Rizky Permana alias Kempeng, salah satu penginisiasi National Edge Day chapter Padang.
Memor, Burning Spirit, Beliefs dan Underline menjadi line-up perayaan Edge Day perdana di Padang pada Minggu malam nanti. Catat, meski ini adalah perayaan Edge Day, gig ini terbuka bagi semua kalangan. Kamu cukup arahkan kendaraan transportasimu ke Jalan Musi, Purus Atas sebelum pukul 19.00 WIB, beli tiket seharga Rp10 ribu dan mulailah ambil bagian bersama yang lain di lantai moshpit.
“Tidak ada (pembatasan). Sxe atau tidak sama saja, siapapun boleh datang. Tujuannya untuk sharing dan senang-senang,†tutup Kempeng.
Update: Gelaran National Edge Day chapter Padang ditunda menjadi hari Sabtu (22/10/2016) depan di tempat dan jam yang sama karena sejumlah kendala, salah satunya cuaca yang sedang kurang bersahabat di kawasan Padang.